Kamis, 13 Desember 2007

HUJAN DAN CHOPIN


Kalau di rumah pada saat bulan Desember begini hujan pasti turun hampir setiap hari. Saya sangat suka hujan, baik hujan sebagai kata benda maupun hujan sebagai kata kerja alias hujan-hujanan. Itulah kenapa saya tidak pernah begitu suka payung walaupun kata orang sedia payung sebelum hujan tapi menurut saya kehujanan juga tidak apa-apa. Saat tetes-tetes air itu mengenai wajah saya rasanya luar biasa.

Saya suka memandangi hujan dan menghubung-hubungkannya dengan kenangan-kenangan masa kecil saya. Desa dimana saya dibesarkan terlihat sangat indah saat hujan turun. Hujan di tempat itu meruapkan aroma khas yang tidak bisa saya temukan di tempat lain. Mungkin itu yang disebut aroma kampung halaman.

Saya pikir saya lebih mudah mengingat-ingat suatu tempat jika saya berada di tempat itu ketika hujan turun. Saya selalu menghubungkan hujan dengan sesuatu yang sedang saya rasakan di dalam hati saya.

Saya merasa dapat menulis dengan lebih baik saat turun hujan. Saya juga mempunyai selera makan yang lebih baik di musim hujan.

Saya sering menggambarkan irama hujan dengan musik.

Saya suka mendengarkan Chopin. Entah sejak kapan saya menjadi penggemarnya, barangkali sejak pertama saya kuliah di Malang. Di waktu waktu tertentu saya mendengarkan Chopin sepanjang hari.

Chopin itu mungkin memang, meminjam istilahnya Cecep Syamsul Hari, ditakdirkan untuk menerjemahkan kesedihan menjadi sebuah penghiburan musikal bagi mereka yang sedang membiarkan hatinya hampa.

Salah satu lagu kesukaan saya adalah Raindrop. Suasana murung dan indah dari hujan digambarkan dengan bagus sekali. Bagi saya lagu ini terdengar seperti puisi yang ditulis berdasarkan perasaan yang mendalam dan dengan pemilihan diksi yang pas, sehingga seakan-akan membantu melongok ke kedalaman jiwa seseorang.

Komposisi yang juga saya sukai adalah Polonaise-Fantaisie, in A Flat Major, Opus 61. Perubahan dari A Flat Minor ke E Flat Minor, nada tinggi dan nada rendah yang datang dan pergi dengan penuh perasaan itu benar-benar bagus sekali. Pada awalnya saya terkaget-kaget oleh perubahan itu tapi kemudian terhanyut olehnya. Perasaan yang ditimbulkan benar-benar seperti melihat sebuah ilusi.

Saya tidak tahu siapa nama pemain piano yang memainkan komposisi Chopin yang saya dengar hampir tiap hari itu, tapi saya berpikir, lebih tepatnya membayangkan, bahwa dia adalah orang yang 'manis' lalu di waktu yang lain sama sekali 'tidak manis'. Perubahan dari 'manis' ke 'tidak manis' atau sebaliknya itulah yang rasanya paling cocok untuk Chopin.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbak, coba dech dengerin Gavotte en Rondeau nya Bach atau Bourree nya.

yuni kristianingsih pramudhaningrat mengatakan...

itu juga salah satu lagu kesukaanku

Anonim mengatakan...

Waktu kecil saya juga suka lagu chopin. Pada saat mendengarkan, rasanya terhanyut dan masuk dunia lain.
Sekarang, meskipun masih menganggap musik chopin sangat indah, saya lebih suka mendengarkan lantunan shalawatnya alm. H. Salafudin Bunyamin. Nomor favorit saya terutama "ya Muhaimin Ya Salam" dan "ya arhamarrohimiin".
"Ya Muhaimin Ya Salam" dapat didownload di http://fathulwahhab.blogspot.com/2009/08/qori-salafudin-benyamin-sholawat.html.
Indah sekali mbak.
(Muhamad Arief Hidayat)

yuni kristianingsih pramudhaningrat mengatakan...

:)