Jumat, 15 Februari 2008

KATA-KATA


'Kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa' ("Sepotong Senja Untuk Pacarku", Seno Gumira Ajidarma)



Dalam sehari, jika kita bukan Tarzan (pada masa sebelum bertemu dengan Jane) yang cuma bergaul dengan binatang, entah berapa banyak kata yang kita ucapkan. Kalau bahasa yang digunakan kebetulan adalah bahasa ibu dan bahasa kedua yang sudah dikuasai dengan baik sehingga menjadi bilingual sempurna, maka bisa jadi kata-kata yang digunakan dapat berkembang membentuk kosa kata baru, idiom-idiom baru atau secara kreatif menghasilkan cara baru penggunaan "bahasa menyimpang".

Sebagian kata-kata yang kita gunakan, yang kita ucapkan hanya berakhir sebagai kata-kata dan tak pernah lebih dari itu.

Mungkin sebagian yang lain mengalami nasib yang "lebih baik". Dalam artian tertinggal dan dikenang-kenang atau lebih jauh lagi dapat menginspirasi orang untuk melakukan sesuatu.

Salah satu pekerjaan seorang penulis, penyair, sastrawan atau apapun istilah yang digunakan terhadap orang yang suka menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, adalah berusaha agar kata-kata tidak hanya akan berakhir sebagai kata-kata saja.

Niat awal seseorang menulis, siapapun dia, saya kira adalah untuk berusaha menggambarkan keadaan perasaan dan pikirannya dalam bentuk kata-kata. perasaan sangat cepat perkembangannya dan juga sangat cepat berlalu.

Mencatatnya merupakan usaha untuk mengabadikannya. Sedangkan membicarakannya, atau mempubikasikannya, adalah usaha untuk membaginya dengan orang lain. Dua-duanya diam-diam mendukung bukti bahwa manusia itu sangat narsis.

Kembali ke pernyataan awal, benarkah kata-kata itu benar-benar tidak merubah apa-apa? ketika saya menanyakan pertanyaan itu ke salah satu sahabat dekat saya dia menjawab peradaban manusia ini berdiri diawali dengan kata-kata Tuhan. Tentu saja pendapatnya itu benar, tidak saja karena disertai dengan dalil yang sangat kuat tetapi karena hal itu sudah merupakan sebuah kebenaran universal yaitu segala sesuatu selalu berawal dari kehendak Tuhan.

Tetapi kata-kata yang saya maksudkan disini, dan yang menjadi masalah, adalah kata-kata manusia. Seperti yang tadi saya katakan bahwa manusia itu diam-diam sangat narsis, bagaimana dia memperlakukan kata-kata kadang sungguh memprihatinkan. betapa banyak kata-kata yang dihamburkan tanpa mendukung satu makna pun hingga rasanya seolah-olah dunia tanpa kata-kata adalah dunia yang lebih baik.

Saya tidak tahu apa konklusi dari semua itu. Tetapi saya pikir alangkah baiknya kalau kita berhati-hati dengan kemampuan kita untuk memproduksi kata-kata sebagaimana kita berhati-hati dengan pikiran kita agar kata tak kehilangan maknanya.

Tidak ada komentar: