Selasa, 22 April 2008

CAPUNG


Saya sangat suka capung. Binatang kecil bersayap itu selalu mengingatkan saya akan masa kecil saya. Melihat capung beterbangan, terutama ketika sehabis hujan atau saat hujan gerimis, saya merasakan sesuatu di dalam hati saya. sebuah perasaan yang sentimentil.

Saya dibesarkan di sebuah desa di kabupaten Ponorogo. Semasa saya masih kecil hewan semacam capung, burung manyar, kupu-kupu dan bangau tong-tong masih bisa ditemui dalam jumlah yang melimpah. Di dekat rumah saya terdapat sebuah sungai dan karena capung berkembangbiak dan meletakkan telurnya di daerah perairan maka banyak capung beterbangan di sekitar rumah saya. Saya dan adik saya suka sekali menangkapi capung. Bukan untuk suatu tujuan tertentu melainkan karena ingin saja, biasanya kami akan melepaskan kembali capung itu setelah beberapa menit kami menangkapnya.

Di antara banyak jenis capung yang ada, saya paling suka capung merah (Sympetrum internum) tetapi jenis ini lebih susah ditemui dan terkenal sangat gesit dan selalu waspada sehingga susah ditangkap.

Berdasarkan yang saya pelajari di universitas capung merupakan musuh alami dari hama ngengat dan walang sangit sehingga keberadaannya menguntungkan petani. Capung juga dipakai sebagai bioindikator untuk mengetahui kualitas air di suatu perairan karena biasanya capung hanya mau meletakkan telurnya di perairan yang bebas polusi.

Saya berharap akan selalu ada capung-capung merah yang beterbangan karena itu menandakan alam yang sehat dan bebas polusi. Dan saya mengharapkan itu.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kenapa capung selalu hadir ketika para petani dicekam musim paceklik?

Kenapa capung selalu tebang rendah di atas hijau permai ladang- ladang padi?

Kenapa capung selalu ditangkap kanak- kanak untuk mengantar beberapa zaman yang telah lewat?

Kenapa capung menjadi misteri estetis setiap anak- anak desa, bukan anak- anak kota?

Kenapa capung itu, yang pernah kita tangkap pada suatu musim pageblug justu menjadi tanda kelahiran-kematian para pengais janji- janji tuhan. Kita pernah bertemu? tapi sayang entah dimana.

Mampukah kau mengingatnya?

atau justru capung itu, capung kita, adalah tanda. bahwa hidup hanya sebentar, sepenggalan lewatnya musim paceklik!

Lam Kenal
Endri Y
http://kultur-pemuda.blogspot.com

yuni kristianingsih pramudhaningrat mengatakan...

kata-kata anda seperti puisi, endri.
capung sangat dekat dengan kenangan masa kecil saya yg menyenangkan.
bisa menjadi simbol dari banyak hal yg berkaitan dg kesederhanaan dan keindahan.