Minggu, 15 Juli 2012

POACHED EGG

Di antara semua 'ketrampilan khas wanita' yang harus saya kuasai untuk memenuhi 'standar kewanitaan' kemampuan memasak adalah yang paling buruk. Ungkapan 'rawon rasa soto' bukanlah hal yang mustahil apabila saya yang memasaknya. Semua anggota keluarga saya tahu kalau memakan masakan saya memerlukan keberanian.

Belakangan saya tertarik untuk memperbaiki kemampuan itu. Saya suka makan. Saya dapat seharian memikirkan makanan saja tanpa merasa kalau itu hal yang agak tidak baik. Memasak makanan saya sendiri adalah salah satu cara yang masuk akal untuk meminimalisir kerepotan orang lain -orang-orang yang dalam hidupnya harus mengurus saya- akibat kegemaran saya itu.

Tadi malam saya berangkat tidur dengan pikiran bahwa saya akan sarapan keesokan hari dengan beberapa butir telur. Saya suka telur. Suka sekali malah. Semua masakan yang ada telurnya -yang kelihatan telurnya maksud saya- pasti saya suka. Telur dadar, telur orak-arik, telur rebus semuanya saya suka.

Pagi ini saya ingin membuat poached egg. Saya tidak tahu apa padanan kata dalam bahasa Indonesianya. Telur rebus tanpa kulit mungkin.

Saya sering melihat Katherine membuat poached egg. Air direbus di dalam panci. Diberi sedikit cuka, garam dan merica. Telur dipecahkan dan dimasukkan ke dalam air yang mendidih itu lalu sebentar kemudian diangkat. Sudah begitu saja. Sangat mudah.

Tapi melihat dan melakukan adalah hal yang sangat berbeda.

Pertama, menentukan sebenarnya air mendidih itu tandanya apa. Apakah air mengeluarkan gelembung-gelembung bulat kecil di dasar panci atau sampai air bergejolak di bagian tengah? Bingung. Kata Katherine, it's simmering, not boiling. Kedua, memecahkan telur sendiri adalah sebuah masalah. Paling jijik melihat pecahan telur mengandung potongan kulitnya. Ketika telur sudah dipecahkan dan meluncur ke dalam air lalu saya mengaduk airnya ternyata airnya berubah menjadi penuh serabut-serabut kecil berwarna putih dan kuning. Disgusting. Ketiga, seperti apa telur yang sudah matang. Saya tahu telur harus dimasak selama dua setengah menit -saya menyalakan stopwatch di hp- tapi begitu waktunya tiba saya bahkan bingung dimana letak sudip.

Sungguh, memerlukan banyak telur - saya mengulangi prosesnya sampai tiga kali- untuk bisa membuat poached egg seperti yang saya inginkan.





Tidak ada komentar: