Senin, 17 November 2008

DID I MENTION THAT I LOVE YOU?


Saya sangat suka bercakap-cakap. Di dalam bis, di kampus, di jalan, di mana pun, selama memungkinkan untuk melakukannya, saya pasti akan mengajak siapapun di dekat saya untuk bercakap-cakap.


Bagi saya makanan yang lezat, teman yang setia dan obrolan yang cerdas adalah keindahan dunia, sesuatu yang menginspirasi dan menggairahkan.


Saya memperoleh banyak hal dari kegiatan bercakap-cakap itu. Biasanya sebuah persahabatan yang saya jalin dengan seseorang dimulai dari percakapan-percakapan itu.


Hal yang paling tidak saya sukai dalam sebuah percakapan, jika itu adalah sebuah percakapan yang menyenangkan, adalah ketika saya harus mengakhirinya.


Belakangan saya punya kebiasaan mengganti kalimat See you next time sebagai kalimat perpisahan dengan kalimat Did I mention that I love you?


Reaksi yang saya terima tentunya bermacam-macam. Jawaban yang paling sering saya dapatkan berkisar antara senyum atau mringis atau bertanya-tanya atau gaya cowboy. Kadang juga berupa ucapan I love you too, ini biasanya dari orang-orang tercinta. Kadang juga memicu diskusi panjang lebar. Seorang keponakan saya yang menjadi seniman di Jakarta mengatakan kalau kalimat itu lumayan "memanikkan" orang dan menganggap saya sedang "menggarap" dia (garap dalam bahasa pedalangan bisa berarti mencandai)


Saya sendiri tidak menganggap kata I love you sebagai kata yang harus diucapkan secara hati-hati. Kadang perasaan sayang di dalam hati saya terhadap seseorang begitu membuncah dan karena saya tidak mungkin melakukan hal konyol seperti berlari dan gabruk memeluknya, sementara saya merasa perlu menunjukkan rasa sayang itu maka saya pikir kata I love you dapat menjalankan fungsi itu dengan baik.


Sebenarnya saya tidak mengharapkan apa-apa dan tidak bermaksud apa-apa di balik kata-kata Did I mention that I love you? itu kecuali untuk melegakan hati saya saja. Orang yang mendengarnya pun tidak saya harapkan untuk menanggapinya dengan serius. Saya malah setengah berharap ucapan itu akan dijawab seperti dalam salah satu adegan film: Yes, you did. Get out, loser . Dan saya pikir that's enough for a loser like me. He he he...

Tidak ada komentar: